Asal Diciptakannya Manusia oleh Allah SWT.
Manusia adalah
makhluk yang penuh keistimewaan dibanding dengan makhluk ciptaan Allah yang
lainnya. Dalam Al-Qur’an disebutkan manusia berasal dari jiwa yang satu (Nasf Wahidah) yang diartikan dalam
beberapa pendapat dan yang salah satunya diartikan sebagai Nabi Adam. Dalam
ayat Al-Qur;an yang lain, bahwasannya manusia secara arsitektur juga diciptakan
dari tanah (yaitu penciptaan Adam sebagai Bapak Manusia) dan kemudian anak
cucunya tercipta dari saripati tanah dan air mani yang dalam Al-Qur’an
disebutkan bahwasanya setiap makanan yang dimakan oleh manusia berasal dan bersumber
dari tanah.
Kemudian dari
asal-muasalnya tersebut, setetes air mani lalu disalurkan ke dalam rahim
seorang ibu dan dipertemukan dengan ovum, yang kemudian membentuk segumpal
darah, selang beberapa waktu berubah menjadi segumpal daging, lalu Allah
memerintahkan seorang malaikat untuk meniupkan ruh dan sampai akhirnya
terciptalah janin dalam rahim sang ibu sebagai calon manusia.
Dijelaskan juga dalam Surat
As-Sajdah : 7, 8, 9.
yang artinya : Yang membuat segala sesuatu yang
Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.(7)
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.(8) Kemudian
Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur.(9)
Tafsir Surat Al-‘Alaq : 2
yang artinya : Dia Telah menciptakan manusia
dari segumpal darah (yang
melekat).(2)
Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan
cara-cara dalam penciptaan manusia, yaitu sebagai makhluk-Nya yang mulia, yang
dijadikan Allah dari sesuatu yang melekat dan diberi kesanggupan untuk
menguasai segala sesuatu yang ada di bumi dan menundukkannya untuk keperluan
hidupnya dengan ilmu yang diberikan kepadanya (Akal dan Rasional).
Tahapan penciptaan manusia juga
dijelaskan dalam Surat Al-Mu’minun : 12 s/d 16
yang artinya : Dan Sesungguhnya kami Telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.(12) Kemudian kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).(13) Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian
kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik.(14) Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu
sekalian benar-benar akan mati.(15) Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan
dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.(16)
Ada beberapa
perbedaan pendapat dalam memaknai kata Al-Insan
di sini. Beberapa ulama’ memaknai bahwa kata Al-Insan disini berarti putra-putri Adam As. yang diciptakan saripati dari tanah yang berarti
diproduksi oleh alat pencernaan dan bahan makanan yang kemudian menjadi darah,
dan kemudian berproses menjadi sperma.
Berbicara
tentang pengertian Nuthfah dalam
bahasa arab berarti setetes yang
membasahi. Ada sebuah pemahaman bahwasannya hasil pertemuan antara sperma
dan ovum di dalam rahim seorang ibu. Kata ‘Alaqah
diartikan dalam segumpal darah yang membeku yang berdempet di dalam rahim (Ada
proses pembelahan menjadi dua, kemudian menjadi empat, kemudian menjadi
delapan, demikian seterusnya berkelipatan dua). Kata Mudhghah yang berarti mengunyah. Ada beberapa pendapat lain bahwa Mudhghah adalah ‘Alaqah yang merupakan sesuatu yang kecil sekerat daging. Kata Kasauna terambil dari kata Kasa yang berarti membungkus, yang
dimaksud membungkus disini adalah sebuah daging yang membungkus tulang.
A. Potensi Manusia dan Makhluk yang Lainnya
Manusia
diciptakan sebagai mahluk yang paling mulia dan terbaik diantara mahluk ciptaan
tuhan yang lainnya karena dibekali berbagai macam potensi yang tidak dimiliki
oleh mahluk lain. Namun terkadang, kita tidak sadar bahkan tidak tahu sama
sekali apa potensi yang ada dalam diri kita sehingga terkadang kita hidup
dengan kondisi seadanya,mudah menyerah, dan tidak mempunyai impian besar. Kita
menjalani rutinitas hidup apa adanya tanpa ada kekuatan untuk menjadikan hidup
kita lebih baik.
Jika kita mau
merenung, sebenarnya ketika kita diciptakan, tuhan pasti tidak akan membiarkan
hamba-Nya hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan. Maka dari itulah Allah
membekali manusia dengan segenap potensi yang ada pada dirinya. Potensi itu
meliputi jasmani (fisik) , Rohani(spiritual), dan akal (Mind). Ketiga potensi
ini akan memberikan kemampuan pada manusia untuk menentukan dan memilih jalan
hidupnya sendiri. Manusia diberi kebebasan untuk menentukan takdirnya, semua
itu tergantung bagaimana mereka memanfaatkan potensi dalam diri mereka.
Manusia adalah
mahluk yang berkemampuan untuk menyusun konsep-konsep, mencipta, mengembangkan,
dan mengemukakan gagasan, serta melaksanakannya. Potensi ini adalah bukti yang
membungkamkan malaikat, yang tadinya merasa wajar untuk dijadikan khalifah di
bumi, dan karenanya mereka bersedia sujud kepada Adam.
Kekurangan dan kelebihan adalah seperti
dua sisi mata uang yang tidak akan pernah lepas dari seorang manusia. Seorang
manusia pasti akan memiliki kekurangan dan kelebihan, karena seperti itulah
manusia diciptakan tidak sempurna (karena sempurna hanyalah milik ALLAH SWT).
Zaman sekarang
banyak manusia yang mengalami kemiskinan, musibah, dan bencana lainnya. Dan
zaman sekarang pula lah, banyak manusia yang mengalami kejayaan, kemewahan dan
kesenangan lainnya.Lalu apakah kelebihan manusia di bandingkan dengan mahluk
lain?
Tidak ada satupun manusia yang mau
disamakan dengan binatang, baik kera maupun spesies yang lain. Di antara semua
makhluk hidup, manusia mempunyai keunikan-keunikan yang membuatnya sangat
istimewa.
Kelebihan otak
manusia memang bukan terletak pada ukurannya yang tak lebih dari 1,3 kg,
melainkan pada perkembangannya yang sangat sempurna. Oleh karena itu manusia
bisa berpikir dan membangun peradaban yang tidak dimiliki oleh binatang.Namun
manusia juga mempunyai kekurangan di bandingkan dengan mahluk yang
lainnyaManusia bukan makhluk super, walaupun manusia makhluk yang diciptakan
sebagai makhluk yang paling sempurna, tetapi manusia adalah makhluk yang paling
lemah diantara makhluk-makhluk lainnya.
·
Tenaga
Bandingkan
dengan gajah lebih kuat dari manusia, gajah bisa mengangkat dan mencabut pohon
tanpa bantuan alat. Tenaga gajah lebih besar dari manusia.
·
Kecepatan
Berlari
Bandingkan
dengan kuda, rusa,dan burung mereka makhluk yang lebih cepat berlari ketimbang
manusia.
·
Jarak
Pandangan Mata
Bandingkan
dengan burung elang yang dapat melihat mangsanya dari jarak yang jauh sambil
terbang.Bandingkan dengan burung hantu yang bisa melihat di malam gelap gulita.
·
Sensor
Penciuman
Bandingkan
dengan kucing dan anjing yang penciumannya sangat tajam dan mampu menengendus
mangsanya dari jarak yang jauh.
·
Kecantikan
warna kulit
Bandingkan
dengan burung merak yang berkilauan warna bulunya dan penuh warna yang sangat
artistik.
Tak ada yang
patut disombongkan pada diri manusia. La haula wala quwata illah Billah.
Tiada daya dan upaya melainkan dari
Allah.Jadi menurut saya kesimpulan dari tulisan di atas, kesimpulannya adalah
bahwasanya tidak ada manusia yang sempurna melebihi penciptanya, semua manusia
baik dari jaman dahulu sampai sekarang mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing masing juga jika di bandingkan dengan mahluk lain. Mugkin manusia di
lebihkan derajatnya oleh Allah swt karena
dia mempunya akal pikiran yang disa ia gunakan untuk membedakan mana yang benar
juga mana yang salah. Tidak ada perbedaan yang sangat dan sangat mencolok dari
manusia jaman dahulu dengan manusia jaman sekarang selain yang telah di jabarkan
di atas. Kekurangan bahwasanya adalah milik kita semua dan kelebihan hanya
milik Allah
semata.
B. Orientasi Hidup, Tujuan Penciptaan dan Fungsi Manusia
Waktu adalah
sesuatu yang mengantarkan manusia, dan dengan waktu, setidaknya manusia selalu diharapkan
pada tujuan, dan untuk mencapai tujuan, manusia perlu memerlukan cara, dan cara
adalah berasal dari aturan, yang kemudian keduanya adalah jalan untuk mencapai
yujuan tersebut hanya saja banyak manusia yang tidak sadar apakah tujuan yang
hakiki dalam kehidupannya dan bagaimana mencapai tujuan tersebut dengan cara
dan jalan yang benar.
Setiap manusia hendaknya mengetahui
kemana tujuan dan perjalanannya, kemudian, agar ia dapat selamat sampai
ditujuan hendaknya ia mengetahui jalan apa yang sebaiknya dia tempuh, sedangkan
untuk menempuh jalan tersebut ia perlu mengetahui satu aturan untuk petunjuk
yang menunjukkan jalan-jalan tersebut, sedangkan untuk mengetahui dan
menggunakan aturan dan petunjuk itu ia memerlukan seseorang yang sangat paham
terhadap aturan dan petunjuk tersebut.
Tujuan akhir dari setiap manusia adalah
kehidupan akhirat yang kekal abadi, sedangkan jalan yang dapat mengantarkan
manusia agar ia selamat sampai pada akhir tujuannya itu adalah Al-islam, dan
Al-islam tidaklah dapat diketahui oleh manusia kecuali ia berpegangan pada
petunjuk dan aturan dari Al-Qur’an dan Al- Hadist, Sedangkan sebaik-baiknya
manusia yang memberikan pernjelasan dari kedua petunjuk jalan yang selamat itu
adalah Rasulullah SAW, sahabatnya ulama, dan orang-orang yang shalih. Jika
semua itu telah dipenuhi maka insyaAllah manusia akan selamat dalam menempuh
perjalanan hidupnya dari awal hingga akhir.
Ayat pertama yang
menjelaskan tentang tujuan penciptaan manusia adalah firman Allah SWT :
yang artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku (Adz-dzariyat:56)”.
Ayat ini mengindikasikan tentang tujuan penciptaan manusia sebagai hamba Allah.
Hal ini juga
dapat kita lihat bahwa dakwah Rasulullah SAW di era mekkah adalah mengajak
masyarakat kepada tujuan utama penciptaan mereka yaitu mengabdi kepada Allah
SWT dengan sebenarnya, Perbuatan yang tidak memiliki suatu tujuan adalah
perbuatan yang sia-sia yang harus dihindari. Dengan demikian harus dipahami
bahwa ada tujuan bagi Allah SWT dalam perbuatannya, tapi dalam dirinya bukan
diluar dirinya. Ibadah adalah tujuan penciptaan manusia dan kesempurnaan yang
kembali dalam penciptaan. Allah SWT menciptakan manusia untuk memberinya
ganjaran, yang memperoleh ganjaran adalah manusia sedangkan Allah SWT tidak
membutuhkannya. Adapun tujuan Allah SWT, maka itu berkaitan dengan Zatnya yang
Maha Tinggi. Dia menciptakan jin dan manusia karena Dia adalah Zat yang Maha
Agung.
Fungsi
manusia dihidupkan oleh Allah SWT di dunia ini. Kita perhatikan firman Allah
yang artinya “ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada malaikat : ”Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan khalifah dibumi””(2-Al-Baqarah: 30).
Yang dimaksud dengan “khalifah” adalah
nabi Adam AS yang menurunkan seluruh umat manusia. Jadi setiap manusia, sebagai
keturunan nabi Adam As dengan sendirinya sebagai ahli warisnya dan sekaligus
menjadi khalifah Allah SWT dimuka bumi. Secara Adami berarti setiap manusia
mempunyai tugas, kewajiban dan tanggung jawab menjalankan kekhalifahan. Sebagai
khalifah Allah dibumi umat manusia diberi tugas mengatur kehidupannya didunia
ini agar menjadi kehidupan yang baik dan benar yang di ridhoi Allah SWT.
Didalam
menjalankan fungsinya sebagai khalifa Allah dimuka bumi,manusia tidak bebas
begitu saja tanpa arah, melainkan harus mengikuti haluan garis besar dan tujuan
pokok yang harus dituju antara lain seperti yang telah ditetapkan didalam
Al-Qur’an surah nomor 51 Adz-dzaariyat ayat 56 : yang artinya “dan tiada Aku
menciptakan jin dan manusia melainkan agar supaya mereka beribadah mengabdikan
diri kepada - Ku” .
Jadi
segala perbuatan dan tingkah laku manusia dalam segala keadaan, situasi dan
kondisi yang bagaimanapun, hidup didunia ini harus diarahkan untuk pengabdian
diri (beribadah) kepada Allah SWT semata-mata karena Allah SWT (lillahita’ala)
sebagai pelaksanaan tugas “liya’buduuni”.
Hidup sukses menurut Al-Qur’an
Surat al-‘Ashr terdiri dari tiga ayat.
Menurut Ibnu ‘Abbas, Abdullah bin Zubair, dan Jumhur Ulama, surat ini
diturunkan di Mekah. Namun Mujahid, Qatadah, dan Muqatil berpendapat bahwa
surat ini diturunkan di Madinah sesudah surat al-Insyirah. Teks surat sebagai
berikut:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan
nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.”
·
Hidup
Sukses
Jika surat al-‘Ashr ini diamati secara
seksama, maka akan kita temui rumusan konsep hidup manusia sukses di dunia dan
di akhirat. Pada surat ini tergambar tentang problem kehidupan manusia yang
tidak mampu memanfaatkan waktu dan kesempatan dengan seefektif mungkin; begitu
juga semua karya mereka tidak dilandasi oleh motifasi iman; sehingga kehidupan
mereka diklaim oleh Allah SWT sebagai kehidupan yang merugi (Khusr).
Kerugian tersebut bisa berwujud dalam
bentuk duniawi ataupun ukhrawi. Bentuk kerugian duniawi misalnya seseorang yang
tidak dapat mempergunakan waktunya dengan baik, apalagi menyia-nyiakannya, maka
kehidupan orang tersebut akan mengalami banyak kesulitan; dan akan tipislah
tercapainya tujuan; atau besar kemungkinan cita-citanya gagal.
Begitu pula halnya orang yang terlalu
memusatkan perhatiannya terhadap materi duniawi, sementara ia melupakan
kehidupan ukhrawi, kehidupan seperti inipun akan mendapatkan kerugian besar.
Pada prinsipnya sejumlah harta yang dikumpulkan itu tidak ada manfaatnya--jika
tidak digunakan dalam hal-hal yang positif karena ketika seseorang meninggal
dunia maka seluruh harta itu akan ditinggalkan dengan begitu saja.
Berdasarkan pertimbangan di atas, Allah
SWT memberikan peringatan (tazkirah) yaitu diawalinya surat ini dalam bentuk
qasam. Ia menggunakan muqsam bihnya dengan al-‘ashr; hal ini memberikan isyarat
bahwa faktor waktu/kesempatan dan pemanfaatannya merupakan prasyarat penting
yang akan mengantarkan manusia hidup sukses di dunia dan di akhirat. Allah SWT
sangat sayang kepada hamba-Nya dengan memberikan jalan keluar dalam bentuk
rumusan konsep hidup manusia sukses.
·
Unsur
Hidup Sukses
Untuk
terwujudnya hidup sukses menurut surat ini ada 3
unsur yang harus dipenuhi, dan kesemua unsur tersebut saling terkait, yaitu:
1. Iman yang mantap.
Persyaratan
utama untuk mengarungi kehidupan di dunia ini adalah adanya pembekalan iman
yang mantap yang bersumber dari hati sanubari yang suci. Iman dalam artian
membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan merealisasikannya dalam
bentuk perbuatan-perbuatan positif yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang
tertuang di dalam Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah.
Dengan bekal
iman, seseorang hanya menyembah kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa; dan dengannya
akan muncullah pada pribadi orang tersebut adanya rasa persamaan, rasa
solidaritas sosial yang tinggi, dan rasa penghargaan atas hak-hak asasi manusia
(HAM) sesamanya. Sebab, pada hakikatnya, manusia tidak ada yang lebih tinggi,
dan atau tidak ada yeng lebih hina kecuali orang-orang yang dimuliakan oleh
Allah yaitu orang-orang yang bertakwa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.
49: 13 yang artinya: “...Sesungguhnya orang yang paling mulia
di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara
kamu...”. (QS. Al-Hujurat/49: 13).
Di samping itu,
iman merupakan dasar dan kunci serta barometer kehidupan; dari padanya
terpencar segala aspek kebaikan. Oleh karena itu, Allah menyatakan di beberapa
ayat Al-Qur'an tentang sesuatu perbuatan baru mempunyai nilai atau kwalitas,
jika pelaksanaannya dilandasi oleh iman. Sebaliknya, jika perbuatan itu
dilandasi oleh unsur kekufuran maka perbuatan tersebut tidak mempunyai nilai
bagaikan abu yang ditiup angin keras (lihat QS. 14: 18) atau bagaikan
fatamorgan.
2. Amal Saleh (Perbuatan atau karya
nyata yang positif)
Amal saleh merupakan manisfestasi dari
iman yang terpancar dari jiwa seseorang; atau dengan perkataan lain amal saleh
merupakan buah dari iman. Imanlah yang mendinamisasikan perbuatan seseorang
yang dimotifisir oleh semangat lillahi ta’ala. Di samping itu , iman berfungsi sebagai
pengendali gerak perbuatan seseorang sesuai dengan aturan main yang ditetapkan
oleh Allah SWT.
Sepanjang pengamatan penulis kata
“amanu” sering berdampingan dengan kata “ ’amilu al-Shalihat”; hal ini
memberikan isyarat bahwa iman tanpa disertai dengan amal, itu tidak akan
bernilai apa-apa, dan sebaliknya, jika amal tanpa dilandasi oleh iman, maka
amal tersebut tidak berdampak dan tidak bernilai di sisi Allah SWT.
Jika unsur yang pertama dan kedua
terpencar dan dilaksanakan oleh masing-masing individu, maka unsur yang ketiga
mengajarkan kepada setiap orang agar saling mengingatkan dan berpesan antar
sesamanya dalam kebenaran. Saling isi-mengisi dan saling memberikan informasi
dalam hal kebenaran itu tentunya disesuaikan dengan kondisi dan potensi yang
ada pada masing-masing individu. Dengan cara ini akan terealisir rasa persatuan
dan kesatuan serta semangat ukhuwah Islamiyah yang dilandasi oleh kebenaran.
Namun, proses untuk menuju jalan
kebenaran itu tidaklah mudah, di sana banyak liku-liku yang mesti dilalui
antara lain:
a.
Kemampuan pengendalian diri dari masing-masing pihak bervariatif;
b.
Kondisi lingkungan, terkadang kurang kondusif;
c.
Adanya kesesatan dan kezaliman di masyarakat bersifat fluktuatif.
d.
Pemerintah yang berkuasa terkadang adil dan kebanyakan zalim.
4. Saling
berwasiat dalam kesabaran
Terwujudnya unsur
kesatu, kedua dan ketiga sangat bergantung kepada kwalitas dan frekwensi
ketabahan seseorang tersebut. Sebab, dalam kenyataannya banyak sekali ganjalan
dan kendala menuju hidup sukses; baik yang berasal dari internal maupun yang
datang dari eksternal. Apakah kendala itu berkait dengan masalah pribadi, atau
berhubungan dengan problema masyarakat, bangsa dan negara; kesemuanya itu akan
bisa dipecahkan jika dihadapi dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Al-Qur'an
telah menjelaskan secara umum bentuk-bentuk kendala dalam kehidupan.
Sabar
itu diartikan sebagai upaya terakhir dari seseorang, setelah yang bersangkutan
berusaha maksimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang tersedia; kemudian
ia berani tampil untuk mengambil resiko sebagai langkah pertanggungjawabannya
kepada Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar